Liverpool Football Club (dikenal pula sebagai Liverpool atau The Reds) adalah sebuah klub sepak bola peserta Liga Utama Inggris. Liverpool adalah klub tersukses dalam sejarah persepakbolaan Inggris yang bermarkas di kota Liverpool. Liverpool telah memenangkan 6 trofi Liga Champions (dulu Piala Champions), yang merupakan rekor Inggris. 18 gelar Liga Inggris, 7 Piala FA, serta, 8 kali juara Piala Liga dan 1 Piala Dunia Antar Club. Stadion mereka berada di Anfield, yang terletak sekitar 4,8 km dari pusat kota Liverpool.
Sejarah
John Houlding |
Pada musim pertamanya, Liverpool FC berhasil menjuarai Lancashire League sebelum akhirnya bergabung dengan Divisi II Liga Inggris pada musim 1893/94. Pada musim pertamanya di Divisi II Liga Inggris, Liverpool FC langsung menjadi juara dan berhak untuk promosi ke Divisi I Liga Inggris ( sekarang Liga Primer Inggris ). Tak butuh lama bagi Liverpool untuk mencicipi gelar di liga, karena pada musim pertamanya di Divisi I ini (musim 1900/01),
Liverpool sukses menjuarai Divisi I dan mengulanginya lagi lima tahun
kemudian. Liverpool FC sukses meraih juara liga 2 musim berturut-turut
yaitu musim 1921/22 dan 1922/23, namun tidak mendapatkan tropi lagi sampai musim 1946/47 ketika berhasil meraih gelar liganya yang ke 5. Final Piala FA pertama dilakukan pada 1914, meskipun akhirnya mereka dikalahkan Burnley
1-0. Setelah mengarungi Divisi I selama lebih dari 50 tahun, akhirnya
Liverpool FC mengalami kemerosotan dan terdegradasi ke Divisi II pada
musim 1953/54.
Patung Bill Shankly |
Kejayaan Liverpool bersama Bill Shankly dilanjutkan Bob Paisley yang
pada saat itu berusia 55 tahun. Dia menjabat sebagai manajer Liverpool
FC dari tahun 1974 sampai 1983 dan hanya pada awal tahun Bob Paisley tidak dapat memberikan gelar untuk Liverpool FC. Selama 9 tahun Bob Paisley menjabat sebagai manajer Liverpool FC, ia memberikan total 21 tropi, termasuk 3 Piala Champion, 1 Piala UEFA, 6 juara Liga Inggris dan 3 Piala Liga secara berturut-turut. Dengan semua gelar itu tidak salah bila Bob Paisley menjadi manajer tersukses yang pernah menangani klub Inggris. Tidak hanya sukses memberikan gelar untuk Liverpool FC, tetapi Bob Paisley juga sukses dalam melakukan regenerasi di tubuh Liverpool FC dengan tampilnya para bintang muda seperti: Graeme Souness, Alan Hansen, Kenny Dalglish dan Ian Rush. Walaupun Bob Paisley
akan mewariskan sebuah skuat muda yang sangat hebat dan berbakat,
tetapi dengan semua torehan gelar itu akan menjadi sangat berat buat
siapapun penerusnya.
Sebagai penerus Bob Paisley yang pensiun pada tahun 1983, Joe Fagan yang pada saat itu berusia 62 tahun, berhasil mempersembahkan treble buat Liverpool yaitu juara Liga, juara Piala Liga dan juara Piala Champion.
Raihan ini menjadikan Liverpool FC sebagai klub sepakbola Inggris yang
berhasil meraih 3 gelar juara sekaligus dalam 1 musim kompetisi.
Sayangnya, catatan keemasan itu sedikit ternoda oleh insiden di Stadion Heysel. Insiden yang terjadi sebelum pertandingan final Piala Champion
antara Liverpool FC dan Juventus ini menewaskan 39 orang, sebagian
besar adalah pendukung Juventus. Insiden ini mengakibatkan pelarangan
bagi semua klub sepakbola Inggris untuk berkompetisi di Eropa selama 5
tahun. Dan Liverpool FC dilarang mengikuti semua kompetisi Eropa selama
10 tahun yang akhirnya dikurangi menjadi 6 tahun. Selain itu, 14
Liverpudlian didakwa bersalah atas peristiwa yang dikenal dengan Tragedi Heysel. Setelah peristiwa mengerikan itu, Joe Fagan memutuskan untuk pensiun dan memberikan tongkat manajerial selanjutnya kepada Kenny Dalglish yang ditunjuk sebagai player-manager. Joe Fagan menyerahkan tugas manajerial Liverpool FC kepada Kenny Dalglish yang pada saat itu sudah menjadi pemain hebat tetapi masih harus membuktikan kapabilitas sebagai seorang manajer.
Pada masa kepemimpinan Kenny Dalglish, Liverpool FC dibawa menjadi juara Liga Inggris sebanyak 3 kali dan juara Piala FA sebanyak 2 kali, termasuk gelar ganda juara Liga Inggris dan juara Piala FA pada musim kompetisi 1985/86. Bila tidak terkena sangsi dari UEFA, bisa dipastikan Liverpool FC menjadi penantang serius untuk merebut Piala Champion pada saat itu. Kesuksesan Liverpool FC di masa kepemimpinan Kenny Dalglish kembali dibayangi kejadian mengerikan lainnya yaitu Tragedi Hillsborough. Pada pertandingan semi-final Piala FA melawan Nottingham Forrest tanggal 15 April 1989,
ratusan penonton dari luar stadion memaksa masuk ke dalam stadion yang
mengakibatkan Liverpudlian yang berada di tribun terjepit pagar pembatas
stadion. Hal ini mengakibatkan 94 Liverpudlian meninggal di tempat
kejadian, 1 Liverpudlian meninggal 4 hari kemudian di rumah sakit dan 1
Liverpudlian lainnya meninggal dunia setelah koma selama 4 tahun. Akibat
Tragedi Hillsborough ini pemerintah Inggris melakukan penelitian kembali mengenai faktor keamanan stadion sepakbola di negaranya. Dikenal dengan sebutan Taylor Report, menyebutkan bahwa penyebab dari Tragedi Hillsborough
ini adalah faktor penonton yang melebihi kapasitas stadion karena
kurangnya antisipasi dari pihak keamanan. Akhirnya pemerintah Inggris
mengeluarkan undang-undang yang mewajibkan setiap klub divisi I Inggris
untuk meniadakan tribun berdiri. Setelah menjadi saksi hidup dari
tragedi mengerikan Heysel dan Hillsborough, 'King' Kenny Dalglish tidak pernah bisa lepas dari trauma yang menghinggapi dirinya. Akhirnya pada tanggal 22 Februari 1990
ia mengumumkan pengunduran dirinya sebagai manajer Liverpool FC.
Pengumuman yang sangat mengejutkan dunia sepakbola pada saat itu, karena
Liverpool FC sedang bersaing ketat dengan Arsenal dalam perebutan gelar
Liga Inggris. Alasan yang disebutkan oleh Kenny Dalglish
pada saat itu adalah tidak bisa lagi menghadapi tekanan dalam
menahkodai Liverpool FC. Selama beberapa minggu Liverpool FC ditangani
oleh pelatih tim utama Ronnie Moran sebelum akhirnya Liverpool FC menunjuk Graeme Souness sebagai manajer berikutnya. 'King' Kenny Dalglish kemudian dikenang sebagai legenda terhebat Liverpool FC karena sangat sukses baik sebagai pemain maupun manajer.
Perginya 'King' Kenny Dalglish
dan 2 tragedi yang mengerikan ( Heysel dan Hillsborough ) sepertinya
memberikan trauma, hukuman atau kutukan yang mendalam bagi Liverpool FC.
Kedatangan Graeme Souness pun tidak mengubah peruntungan Liverpool FC. Walaupun Souness bisa memberikan gelar Piala FA pada tahun 1992,
tetapi dengan kebijakan transfer pemain yang kurang baik dan penerapan
strategi yang sedikit membingungkan menjadikan Liverpool tampil tidak
konsisten pada musim itu. Hal lain yang memperburuk hubungan Souness dan
Liverpudlian adalah ketika Souness menceritakan proses pemulihan
kesehatannya pasca operasi jantung kepada koran The Sun. Seperti diketahui bahwa masyarakat di Merseyside memboikot koran The Sun yang sering memojokkan Liverpudlian mengenai Tragedi Hillsborough. Pada 28 Januari 1994, Graeme Souness akhirnya mengundurkan diri sebagai manajer Liverpool FC setelah tersingkir dari Piala Liga dan Piala FA. Pelatih Roy Evans
ditunjuk sebagai manajer Liverpool FC selanjutnya. Liverpool FC berada
di urutan ke 8 klasemen hasil terburuk selama 29 tahun terakhir.
Walaupun secara raihan gelar juara Graeme Souness tidak sukses, tetapi pada masa kepemimpinannya banyak lahir talenta muda diantaranya : Robbie Fowler, Steve McManaman, Jamie Redknapp, Rob Jones dan David James.
Manajer Liverpool selanjutnya adalah pelatih senior Roy Evans yang sudah bersama Liverpool FC selama lebih dari 30 tahun. Pada musim 1994/95 Liverpool menduduki peringkat 5 Liga Primer Inggris dan berhasil menjuarai Piala Liga dengan mengalahkan Bolton Wanderers dengan skor 2-1. Roy Evans berhasil mengembalikan ciri khas permainan Liverpool yaitu pass and move.
Tetapi permainan apik dan indah Liverpool FC pada masa ini tidak
diimbangi determinasi dan agresifitas yang memadai dari para pemainnya,
sehingga Liverpool pada masa Roy Evans sering disebut Spice Boys. Selain semakin matangnya pemain seperti : Robbie Fowler, Steve McManaman dan Jamie Redknapp, pada masa kepelatihan Roy Evans muncul bakat muda bernama Michael Owen yang berhasil mencetak 18 gol dan menjadi PFA Young Player of the Year Award pada tahun 1998.
Pada musim kompetisi 1998/99 Liverpool FC menarik pelatih asal Prancis, Gerard Houllier untuk berpartner dengan Roy Evans sebagai joint manager. Tetapi Roy Evans merasa tidak cocok bekerjasama dengan Gerard Houllier, sehingga mengundurkan diri pada bulan November 1998. Setelah menjadi manajer tunggal, Houllier merombak total tim dengan memasukan pemain seperti : Sami Hyypia, Stephan Henchoz, Markus Babbel, Dietmar Hamann, Gary McAllister dan Emile Heskey. Selain muncul bintang muda Michael Owen, Houllier juga berhasil mempromosikan bakat muda dengan talenta luar biasa bernama Steven Gerrard. Tahun 2001
menjadi tahun terbaik Liverpool FC setelah mengalami kemerosotan
prestasi pada tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun ini Liverpool FC
berhasil meraih Piala Liga, Piala FA, Piala UEFA, Piala Charity Shield dan Piala Super UEFA. Keberhasilan ini memunculkan secercah harapan bagi Liverpool untuk dapat meraih gelar juara Liga Inggris yang terakhir diraih pada tahun 1990. Pada tahun 2003 Liverpool FC berhasil meraih Piala Liga dan menduduki peringkat ke 4 pada musim 1993/94 sehingga berhak mengikuti kualifikasi Liga Champions. Walaupun berhasil memberikan sejumlah gelar buat Liverpool FC, tetapi taktik bertahan yang diterapkan Gerard Houllier dianggap tidak bisa bersaing untuk meraih gelar Liga Inggris. Taktik bertahan dan mengandalkan serangan balik sangat mudah diantisipasi oleh lawan, sehingga pada 24 Mei 2004, Gerard Houllier digantikan oleh Rafael Benitez.
Trophy Champion Liverpool ke-5 |
1 Juli 2010 Roy Hodgson resmi menangani Liverpool FC selama tiga
tahun. Pada keterangan pers Roy Hodgson mengatakan sangat bangga bisa
menangani klub sebesar Liverpool FC dan tidak sabar untuk bertemu dengan
para pemain, Liverpudlian dan ingin segera bekerja di Melwood. Tetapi
situasi di Liverpool FC pada saat itu masih sangat tidak menentu karena
sedang dalam masa peralihan kepemilikan. Hiruk pikuk berita tentang
kebangkrutan klub dan proses peralihan yang berkepanjangan sangat
memengaruhi suasana di Liverpool FC pada saat itu. Liverpool FC pun
akhirnya mengawali musim 2010/11 dengan sangat buruk. Sampai pertengahan
bulan Oktober Liverpool FC berada di zona degradasi dan kalah dari klub
divisi II Northampton Town. Selain itu Liverpool FC menghadapi ancaman
pengurangan 9 poin dari FA bila tidak bisa menyelesaikan situasi
internal. Akhirnya pada bulan Januari 2011 Liverpool FC dan Roy Hodgson
sepakat untuk mengakhiri kerjasama dan posisi manajer selanjutnya
dijabat oleh 'King' Kenny Dalglish untuk yang ke 2 kalinya sampai akhir
musim.
Tepatnya 8 Januari 2011 'King' Kenny Dalglish resmi menjabat sebagai
manajer Liverpool FC untuk yang ke 2 kalinya. Walaupun pada pertandingan
perdana mengalami kekalahan di Piala FA, tetapi 'King' Kenny Dalglish
berhasil mengembalikan performa pemain dan ciri khas 'pass and move'
Liverpool FC. Buktinya 'King' Kenny Dalglish berhasil mengangkat
Liverpool FC dari zona degradasi ke posisi 6 klasemen sementara Liga
Inggris. Hasil ini tidak lepas dari keberanian 'King' Kenny Dalglish
untuk menjual pemain bintang seperti Fernando Torres kemudian membeli
Luis Suarez dari Ajax Amsterdam dan Andy Carroll dari Newcastle United. Keberanian dalam hal memasang pemain muda seperti: Martin Kelly, Jay Spearing, dan Danny Wilson
pun layak diacungi jempol. Raihan inilah yang membuat banyak pihak
mendesak agar 'King' Kenny Dalglish di kontrak secara permanen sebagai
manajer Liverpool FC.
Pada bulan Juni 2012, Kenny Daglish digantikan oleh Brendan Rodgerd. Brendan Rodger hampir memenangkan Liga Inggris Musim 2013/2014 bila tidak kalah melawan Chelsea 0-2 dan berakhir dengan status Runner-Up, Walau begitu Brendan Rodgers juga berhasil membawa kembali Liverpool ke Liga Champion, tetapi kandas di posisi 3 di penyisihan grup Liga Champion. Dengan semakin merosotnya posisi Liverpool di semua kompetisi yang dilakoni bersama Brendan Rodger, akhirnya pelatih dengan singkatan nama BR tersebut dipecat setelah seri melawan Everton dan 7 hari setelah pemecatan BR, Jurgen Klopp menggantikan BR pada Oktober 2015. Liverpool naik turun performanya dengan pelatih Jurgen Klopp, sempat memasuki laga Final Piala Liga COC musim 2015/2016 melawan Manchester City, namun kandas dalam adu pinalty 1-3.
Lambang
Lambang 'Liver Bird' pertama kali muncul di seragam Liverpool FC pada
partai final Piala FA tahun 1950. Lambang yang secara signifikan telah
menjadi bagian dari perjalanan panjang Liverpool FC. Lambang Liverpool
ini mengalami perubahan pertama pada musim kompetisi 1955/56 dimana
gambar 'Liver Bird' berada di dalam lingkaran ouval dan tulisan L.F.C
berada di bawah 'Liver Bird'. Lambang versi ini bertahan sampai tahun
1968.
Pada tahun 1968 diambil keputusan untuk memperkenalkan lambang klub
yang lebih modern. Lambang 'Liver Bird' langsung disulam ke seragam
pemain dengan menyingkirkan garis pijakan pada kaki 'Liver Bird' dan
menghilangkan lingkaran ouval. Lambang ini bertahan sampai tahun 1987,
dimana pada tahun 1985 sponsor seragam berubah dari UMBRO kepada ADIDAS.
Seiring dengan perubahan sponsor seragam, maka lambang Liverpool pada
tahun 1987 mengalami perubahan yang ke 3. Lambang 'Liver Bird' kembali
berada di dalam tameng seperti lambang Liverpool FC yang pertama, tetapi
kali ini penulisan Liverpool Football Club di bawah 'Liver Bird' tidak
di singkat. Lambang ini bertahan sampai tahun 1992, dimana Liverpool FC
akan mengadakan perayaan hari jadi yang ke 100 tahun.
Untuk merayakan 100 tahun Liverpool FC, lambang klub mengalami
perubahan yang cukup signifikan. Penambahan ornamen 'Shankly Gates'
dengan tulisan 'You'll Never Walk Alone' di atas tameng 'Liver Bird'
dimaksudkan untuk mengingatkan jasa manajer Bill Shankly yang telah
menjadi pondasi kokoh bagi Liverpool FC. Di dalam tameng terdapat
tulisan Liverpool Football Club 100 tahun dan lambang 'Liver Bird'.
Kemudian di bawah tameng ada tulisan angka 1892-1992.
Tahun 1993 lambang klub kembali berubah dengan penambahan kobaran api
kembar di kedua sisi tameng 'Liver Bird'. Kobaran api kembar ini untuk
mengenang para Liverpudlian yang menjadi korban pada tragedi
Hillsborough. Lambang Liverpool terakhir ini tidak banyak mengalami
perubahan sampai dengan tahun 1999. Lambang Liverpool FC yang sekarang
ini dibuat pada tahun 1999 hanya dengan komposisi 2 warna. Tetapi sejak
tahun 2002, lambang Liverpool FC dibuat dengan 'full colour' seperti
sekarang ini.
Pemasok Kostum dan Sponsor
Pemasok Kostum
- 1973–1985: Umbro
- 1985–2006: Reebok
- 2006–2012: Adidas
- 2012–2015: Warrior
- 2015-Present : New Balance
Jersey Liverpool 2015/2016 - New Balance dan Standard Chartered |
Pemasok Sponsor
- 1892–1979: Tanpa sponsor
- 1979–1981: Hitachi
- 1981–1989: Crown Paints
- 1989–1992: Candy
- 1992–2010: Carlsberg
- 2010–Present: Standard Chartered
Stadion
Inilah penamkapan stadion Anfield sebelum dan sesudah, yang sebelumnya hanya bisa menampung 44 sampai 45 ribu penonton, namum setelah di renovasi pada tahun 2015 dan selesai tahun 2017, Anfield bisa menampung hingga 60 ribu penonton.Sebelum Renovasi |
Sesudah di Renovasi pada 2015 hungga 2017 |
Suporter
Fans Liverpool di Anfield |
BigReds Saat Pertandingan Liverpool di Indonesia Tahun 2013 |
Era keemasan
Liverpool sangat dominan pada tahun 1970-an dan 1980-an. Pemain-pemain yang terkenal pada masa ini termasuk Ray Clemence, Mark Lawrenson, Graeme Souness, Ian Callaghan, Phil Neal, Kevin Keegan, Alan Hansen, Kenny Dalglish (102 cap), dan Ian Rush (346 gol).
Liverpool meraih era terbaiknya saat masih dikepalai oleh Bill Shankly.
Pelatih ini kemudian menjadi legenda Liverpool. Ia sangat dihormati
karena berhasil membawa Liverpool kembali ke divisi satu setelah
sebelumnya mendekap di divisi dua selama 8 musim. Untuk menghormati
jasanya, dibuatlah patung Bill Shankly di pintu masuk Anfield.
Tragedi
Memorial Tragedi Hillsborough |
Klub ini juga terlibat dalam dua tragedi besar dalam sepak bola Eropa, yaitu dalam Tragedi Heysel pada 1985 dan Tragedi Hillsborough pada 1989. Tragedi Heysel mengakibatkan klub-klub dari Inggris dilarang tampil di ajang kejuaraan Eropa selama 5 tahun.
Treble
Liverpool berhasil mendapatkan treble winner, Liverpool mendapatkan dua gelar domestik (Piala Liga dan Piala FA) dan Piala UEFA pada musim 2000/01. Meskipun begitu, memenangi treble bukanlah hal yang baru bagi mereka. Pada 1984 mereka menjadi juara Piala Champions, Piala Liga dan Liga Inggris.
Pencapaian
4 Piala European Cup Liverpool |
Hingga saat ini Liverpool telah mengkoleksi 5 tropi Liga Champion yang merupakan terbanyak di Inggris serta ketiga terbanyak di dari seluruh klub dibawah Real Madrid dan AC Milan. Dengan meraih tropi Liga Champion ke 5 pada tahun 2005, Liverpool berhak mengenakan UEFA Badge of Honour, serta berhak memiliki tropi secara permanen. Liverpool pernah menerima anugerah dari World Soccer Magazine sebagai Team of the Year pada 2001 dan 2005 serta gelar BBC Sports Personality of the Year Team pada 1977, 1986 dan 2001.
Liverpool adalah klub terbaik Inggris abad 20 menurut International Federation of Football History and Statistics (IFFHS). Untuk Level dunia, Liverpool berapa di urutan ke 8 setelah Real Madrid, Juventus, Barcelona, AC Milan, Bayern Munchen, Inter Milan & Ajax. adapun Manchester united yang telah mendominasi Liga Inggris selama 2 dekade terakhir berapa di posisi ke 11 di bawah Liverpool, Benfica dan Anderlecht.
- Juara Divisi Satu 18
- 1900–01, 1905–06, 1921–22, 1922–23, 1946–47, 1963–64, 1965–66, 1972–73, 1975–76, 1976–77, 1978–79, 1979–80, 1981–82, 1982–83, 1983–84, 1985–86, 1987–88, 1989–90
- Juara Divisi Dua 4
- 1893–94, 1895–96, 1904–05, 1961–62
- Juara Liga Lancashire 1
- 1892–93
- Liga Champions 6
- 1976–77 3–1 vs. Borussia Mönchengladbach
- 1977–78 1–0 vs. Club Brugge
- 1980–81 1–0 vs. Real Madrid
- 1983–84 1–1 (4–2 melalui adu penalti) vs. AS Roma
- 2004–05 3–3 (3–2 melalui adu penalti) vs. AC Milan
- 2018–19 0-2 vs. Tottenham Hotspur
- Juara Piala UEFA 3
- 1972–73 3-2 vs. Borussia Mönchengladbach
- 1975–76 4-3 vs. Club Brugge
- 2000–01 5-4 vs. Alavés
- Juara Piala FA 7
- 1964–65, 1973–74, 1985–86, 1988–89, 1991–92, 2000–2001, 2005–2006
- Juara Piala Remaja FA 2
- 1995–96, 2006–07
- Juara Piala Liga 8
- 1980–81, 1981–82, 1982–83, 1983–84, 1994–95, 2000–01, 2002–03, 2011–12
- Juara Charity Shield 15
- 1963–64, 1964–65+, 1965–66, 1973–74, 1975–76, 1976–77, 1978–79, 1979–80, 1981–82, 1985–86, 1987–88, 1988–89, 1989–90, 2000–01, 2005–06
- 1963–64, 1964–65+, 1965–66, 1973–74, 1975–76, 1976–77, 1978–79, 1979–80, 1981–82, 1985–86, 1987–88, 1988–89, 1989–90, 2000–01, 2005–06
- Juara Piala Super Eropa 4
- 1977 1-7 vs. Humburg
- 2001 2-3 vs. Bayern Munich
- 2005 3-1 vs. CSKA Moscow
- 2019 2–2 (5–4 melalui adu penalti) vs. Chelsea
- Juara Piala Dunia Antar Club 1
- 2019 1-0 vs. Flamengo
- Juara Piala Super Inggris 1
- 1985–86
- Juara Divisi Satu untuk Cadangan 16
- 1956–57, 1968–69, 1969–70, 1970–71, 1972–73, 1973–74, 1974–75, 1975–76, 1976–77, 1978–79, 1980–81, 1981–82, 1983–84, 1984–85, 1989–90, 1999–2000
CHAMPION LEAGUE 2005 |
UEFA CUP 2001 |
UEFA SUPER CUP 2005 |
SUMBER : Wikipedia
No comments:
Post a Comment
BILA ANDA MEMASUKKAN LINK HIDUP, MAKA AKAN OTOMATIS TERDELETE..