Seputar Dunia IT dan Fakta Unik Lainnya

Friday 23 September 2016

Contoh Proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) - Komunikasi Bisnis (KomBis)


a)  Judul program

COBA (Communication On Balancing Approaches), Solusi Jitu Mengatasi Permasalahan PKL Liar di Surabaya.

b) Latar Belakang Masalah

Permasalahan Pedagang Kaki Lima (PKL) liar di Surabaya memang selalu menjadi polemik yang senantiasa menjadi permasalahan tahunan. Upaya Pemkot Surabaya untuk mengatasi PKL liar ini seolah-olah selalu menemui jalan buntu. Upaya yang dilakukan terkesan bersifat sporadis, tidak tuntas dan lebih sering mengakibatkan terjadinya bentrok antara pihak PKL liar dengan pihak Pemkot. Ketika suatu saat PKL liar digusur, beberapa waktu kemudian PKL-PKL liar akan tetap tumbuh seperti jamur di tempat semula.

Tindakan yang dilakukan Pemkot dalam menuntaskan PKL liar ini sering bersifat represif. Di mata Pemkot Surabaya, khususnya aparat penegak hukum, keberadaan sektor informal acapkali dinilai selalu melanggar hukum dan menjadikan kota tampak kumuh.

Tetapi untuk menata sektor informal dan meregulasi agar PKl liar tidak membuat kota semakin semrawut, maka yang dibutuhkan adalah sebuah kebijakan komprehensif yang menyentuh akar masalah, dan tidak sekedar hanya mengembangkan tindakan represif yang sama sekali tidak menyelesaikan persoalan.

Selama ini diakui atau tidak kebijakan yang dikembangkan Pemkot Surabaya dalam menertibkan PKL cenderung parsial, temporer dan diskriminatif (www.jawapos.co.id). Dikatakan parsial karena kegiatan penertiban yang dilakukan hanya menyentuh aspek kulitnya saja, yakni sekedar menyingkirkan orang-orang miskin dari wilayah kota tanpa ada penanganan yang menyentuh akar masalah.

Dikatakan temporer karena cenderung hanya memfokuskan kegiatan penertiban pada jalan-jalan protokol demi terciptanya pemandangan yang serba tertib dan indah untuk sementara waktu tanpa ada kelanjutan program yang pasti. Sedangkan dikatakan diskriminatif karena obyek penertiban hanya terfokus pada kelompok marginal kota, sementara kekuatan komersial yang juga sama-sama melanggar tata tertib kota seolah-olah tak tersentuh. Kegiatan kota yang semata-mata bersifat represif-punitif niscaya akan melahirkan perlawanan dan mekanisme kucing-kucingan yang sama sekali tidak menyelesaiakan masalah hingga akarnya.

Dalam berbagai kebijakan dan operasi penertiban yang dilaksanakan Pemkot Surabaya, ada kesan kuat bawa keberadaan PKL liar pada umumnya lebih banyak diposisikan sebagai ‘terdakwa’ dan bukan dianggap sebagai ‘korban’ dari model pembangunan wilayah yang sentralistik yang hanya melahirkan kesenjangan antar desa-kota yang semakin terpolarisasi.

Oleh karena itulah tim kami bermaksud untuk menawarkan sebuah program solusi untuk membantu mengatasi permasalahan PKL liar ini. Karena sampai saat ini yang dilakukan pemerintah hanya berupa tindakan represif dan kurang melihat sisi humanistik, kultur ataupun kelompok sosial mereka.
Padahal sebaiknya upaya penataan PKL liar tidak hanya berkutat pada bentuk-bentuk penindakan atau penertiban yang sifatnya menekan dan menghukum. Hasil akhir yang muncul jika cara itu terus dilakukan adalah masalah PKL liar tidak akan terselesaikan tapi malah semakin runyam dan kompleks.

Sebenarnya ada hal menarik yang bisa disoroti dari cara penanganan masalah PKL liar ini yaitu proses komunikasinya. Segala hal yang dilakukan oleh pihak Pemkot khususnya program-program mereka yang berkaitan dengan masalah PKL liar ini adalah bentuk komunikasi mereka kepada para PKL liar.

Hal ini sejalan dengan pendapat Carl I. Hovland yang menyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang memungkinkan komunikator  menyampaikan rangsangan untuk mengubah perilaku orang lain (Deddy Mulyana, 2004). Disini pihak Pemkot sebagai komunikator dan para PKl liar sebagai komunikan (pihak yang dituju oleh pesan komunikasi).

Proses komunikasi yang dilakukan oleh Pemkot bisa pula dikategorikan sebagai komunikasi pemerintahan. Komunikasi ini bisa sering disebut sebagai komunikasi manajerial yakni tentang bagaimana para manajer professional di dalam organisasi publik mempergunakan komunikasi secara optimal di dalam proses manajemen untuk mencapai tujuan bersama (Riant Nugroho Dwidjowijoto, 2004).

Untuk itulah komunikasi perlu diletakkan dalam proses manajemen organisasi sejak dari perencanaan hingga pengendalian. Tapi tetap dalam proses komunikasi ini tidak boleh secara parsial (sebagian) namun diusahakan secara seimbang dan melihat berbagai aspek dari karakteristik obyek komunikan yang ingin dituju (karakter para PKL liar). Untuk itulah program ini kami susun sebagai upaya untuk memahami masalah PKL liar secara lebih mendalam.

Program ini kami beri nama COBA (Communication On Balancing Approaches). COBA merupakan program rangkaian  yang tidak hanya terdiri dari satu kegiatan saja. Kami menamakan program ini COBA karena sesuai dengan kepanjangannya, COBA berarti suatu rangkaian program komunikasi yang menekankan pada pendekatan yang seimbang. Kami mencoba menggabungkan pendekatan cultural, pendekatan humanistik dan pendekatan komunikasi terpadu dalam sebuah program yang aplikatif.

Untuk rencana jangka panjangnya, kami berharap program ini bisa menjadi program interaktif yang akan disiarkan melalui salah satu stasiun televisi sehingga tercipta kesadaran bahwa permasalahan PKL liar bukan hanya masalah pemkot Surabaya saja namun juga merupakan permasalahan umum yang membutuhkan partisipasi ide dari masyarakat luas.


Proposal ini masih panjang.. Download Proposalnya DISINI


No comments:

Post a Comment

BILA ANDA MEMASUKKAN LINK HIDUP, MAKA AKAN OTOMATIS TERDELETE..

Blog Archive